Sejarah Kaos: Perjalanan Pakaian Favorit Sepanjang Masa
thumnail sejarah kaos
Rate this post

Siapa sih yang nggak punya kaos? Dari nongkrong bareng temen sampai santai di rumah, kaos selalu jadi andalan. Tapi pernah kepikiran gak, gimana ceritanya pakaian simpel ini bisa jadi salah satu ikon fashion paling populer di dunia? Ternyata, kaos punya perjalanan panjang dan seru banget, lho, dari zaman kuno sampai era modern. Yuk, kita bahas bareng sejarah kaos yang penuh warna dan gaya ini!

Tunic: Sang Nenek Moyang Kaos
kaos oblong 1

Dulu banget, sekitar abad ke-4 SM, orang Romawi pakai tunic, yaitu pakaian dalam panjang yang simpel banget. Mereka biasanya pakai bahan kain seperti linen atau wol. Tapi di belahan dunia lain, seperti India dan Mesir, bahan cotton udah jadi komposisi utama untuk pakaian.

Cotton jadi favorit karena lembut, kuat, dan adem—pas banget buat iklim panas. Bahkan, serat cotton tertua yang ditemukan di dunia berasal dari peradaban Mohenjo-Daro di Lembah Indus (sekarang Pakistan) sekitar 3.000 SM. Bahan Cotton memang udah hits dari dulu!

kaos oblong 2Kaos 🤝🏻 Militer: Kolaborasi Tak Terduga

Revolusi Industri pada abad ke-18 jadi game-changer. Dengan adanya mesin tenun, kain cotton bisa diproduksi lebih cepat dan murah. Kaos oblong merupakan bisnis besar di awal abad ke-20. PH Hanes Knitting Company mulai memproduksi pakaian dalam pria pada tahun 1901.

Kaos oblong adalah sesuatu yang dikenakan hampir setiap hari oleh kebanyakan orang di seluruh dunia. Namun, tahukah kamu bahwa sejarah kaos oblong dan popularitasnya di seluruh dunia, berakar pada militer AS sejak Perang Dunia I ?

Pada tahun 1905, Angkatan Laut AS membantu memopulerkan kaos oblong dengan mengadopsinya sebagai bagian dari seragamnya tepat pada saat Perang Dunia I. Selama Perang Besar, tentara AS yang bertugas di wilayah tropis mulai pakai kaos berbahan cotton. Mereka butuh pakaian yang nyaman dan adem di tengah cuaca panas.

Bahan cotton, jadi pilihan utama. Kenapa? Karena seratnya yang halus dan daya serapnya luar biasa. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa cotton bisa menyerap hingga 27 kali beratnya dalam air—nggak heran kaos berbahan cotton jadi favorit di medan perang!

Setelah perang selesai, para tentara bawa pulang kebiasaan pakai kaos. Awalnya, kaos dianggap cuma pakaian dalam. Tapi karena praktis dan nyaman, lama-lama orang mulai memakainya di luar ruangan. Kaos pun resmi jadi bagian dari gaya hidup masyarakat umum.

kaos oblong 3Kaos 1950-an: Gaya Anak Bandel dan Jiwa Rebel

Kaos putih polos mulai jadi tren besar di tahun 1950-an, berkat film dan ikon budaya populer seperti James Dean di Rebel Without a Cause dan Marlon Brando  di A Streetcar Named Desire. Mereka berhasil mengubah kaos yang dulunya cuma pakaian dalam jadi simbol gaya pemberontakan anak muda. Seperti yang dicatat artikel Gizmodo tahun 2014 oleh Karl Smallwood, Perang Dunia bukanlah satu-satunya alasan mengapa kaos oblong menjadi fenomena di seluruh dunia:

Popularitas kaos oblong sebagai pakaian luar semakin meningkat berkat Marlon Brando dan perannya sebagai Stanley Kowalski dalam ‘A Street Car Named Desire,’ yang menampilkan Brando mengenakan kaos oblong ketat (seperti kebanyakan orang saat itu) yang menutupi bisep. Penampilan Brando yang memukau dalam drama dan film tahun 1951 menyebabkan lonjakan penjualan kaos oblong secara nasional.

Penjualan kaos pun melonjak drastis! Pada tahun 1955, data menunjukkan bahwa penjualan kaos di Amerika mencapai 180 juta unit per tahun. Wow! Nggak cuma itu, kaos juga mulai dipakai untuk mengekspresikan pendapat dan kepribadian. Di era 1960-an dan 70-an, kaos dengan slogan dan desain unik mulai muncul. Dari pesan politik hingga ekspresi seni, kaos jadi media komunikasi yang sederhana tapi efektif.

Era Modern: Kaos Santai untuk Semua Mood

Di zaman sekarang, kaos jadi pilihan nomor satu buat semua aktivitas santai. Entah buat nongkrong sama teman, nonton serial favorit di rumah, atau jalan-jalan ke mall, kaos selalu jadi andalan. Dengan desain yang simpel dan vibe kasual, kaos nggak cuma nyaman dipakai, tapi juga bikin kita tampil effortless.

Menurut data dari Cotton Incorporated, 90% konsumen memilih bahan cotton untuk kaos mereka karena sifatnya yang lembut, adem, dan tahan lama. Selain itu, industri tekstil sekarang juga mulai fokus pada keberlanjutan. Banyak brand besar menggunakan cotton organik atau bahan daur ulang buat produksi kaos.

Kaos Sebagai Ikon Global

Hari ini, kaos bukan cuma pakaian. Dia adalah bagian dari identitas, ekspresi diri, bahkan budaya. Nggak heran kalau pasar kaos global terus berkembang pesat. Menurut laporan dari Statista, nilai pasar kaos global diperkirakan mencapai $43,4 miliar pada tahun 2023 dan terus meningkat seiring permintaan yang tinggi.

kaos oblong 4


Bagikan Artikel Ini

Artikel Lainnya

Benang dari Serat Pisang: Transformasi Limbah Menjadi Inovasi Tekstil Ramah Lingkungan

Dalam beberapa dekade terakhir, industri tekstil global mengalami tekanan besar untuk mengurangi dampak lingkungannya. Industri ini menyumbang sekitar 10% dari total emisi karbon global dan menghasilkan 92 juta ton limbah tekstil setiap tahunnya. Salah satu solusi yang kini menarik perhatian adalah inovasi dalam pemanfaatan serat alami dari limbah agrikultur, salah satunya benang pisang. Penelitian dan […]

Lihat Selengkapnya

Jaket Kulit Bulu: Dari Kokpit Perang Dunia ke Streetwear Anak Gaul Masa Kini

Siapa sangka, jaket kulit bulu yang sekarang jadi tren di kalangan anak muda punya sejarah yang keren banget? Awalnya, jaket ini bukan buat gaya-gayaan. Jaket kulit bulu atau flight jacket sebenarnya adalah pakaian wajib para pilot perang dunia. Tapi seperti banyak hal ikonik lainnya, fesyen memang suka melintasi zaman, dan jaket ini jadi salah satu […]

Lihat Selengkapnya

Tie-Dye dari Bahan Kaos Bekas: Upcycle untuk Gaya Unik dan Ramah Lingkungan

Memanfaatkan kembali barang-barang lama (Upcycle) menjadi tren yang semakin populer di kalangan masyarakat modern. Salah satu cara yang menarik untuk memberi kehidupan baru pada kaos bekas adalah dengan teknik tie-dye. Tidak hanya menjadi solusi kreatif untuk mengurangi limbah tekstil, upcycle ini juga menghasilkan karya seni yang unik dan personal. Kaos bekas, terutama yang terbuat dari […]

Lihat Selengkapnya

Serat Digital MIT untuk Merevolusi Teknologi Wearable

Fibers@MIT, sebuah kelompok penelitian di MIT, telah mengembangkan serat digital dengan kemampuan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin. Ini bisa saja memulai hukum Moore dalam kain komputasi. Namun, banyak yang bergantung pada penerimaan pasar dan kasus penggunaan teknologi ini. Mari kita lihat perubahan apa yang bisa dibawa oleh inovasi ini dalam e-tekstil. Serat Digital Fibers@MIT, sebuah […]

Lihat Selengkapnya